BAB III
BERAT JENIS ( SPESIFIC GRAVITY )
3.1.
Maksud Dan Tujuan Praktikum
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui seberapa
penting peran berat jenis pada tanah dan memperhitungkan keadaan atau pengaruh
yang dihasilkan
Tujuan dari percobaan adalah untuk menetukan besar berat
jenis dari tanah berdasarkan nilai yang ditujukkan pada data data yang telah
dianalisa..
3.2. Dasar Teori
3.2.1 Defenisi Berat Jenis
Berat jenis tanah
dapat ditentukan dengan cara membandingkan antara berat butir tanah tersebut
dengan berat air (aquades) yang mempunyai isi sama pada suhu standart.
Berat jenis didefenisikan sebagai rasio (perbandingan) dari
berat isi bahan terhadap berat isi air. Table 3.1. menunjukkan daftar berat
jenis dari sejumlah bahan yang biasa terdapat dalam tanah. Sebagian besar tanah
(butiran – butiran individu yang terkumpul) mengandung banyak kwarsa (quarts)
dan feldspart dan dalam jumlah yang lebih kecil mika (mica) dan mineral –
mineral berdasarkan besi.
Hasil – hasil penentuan berat jenis dari sebagian besar
tanah menunjukkan bahwa nilai-nilai dari 2,5 sampai 2,80 merupakan nilai –
nilai yang biasa terdapat, diamana nilai-nilai antara 2,6 dan 2,75 merupakan nilai yang paling
banyak terdapat. Pada kenyataannya, uji berat jenis jarang dilakukan, dan nilai
– nilai diambil secara kasar sebagai berikut :
- Pasir, Kerikil, bahan-bahan berbutir kasar Gs = 2,65 - 2,67
Tanah kohesif, sebagai campuran
- Lempung, lanau , pasir dan sebagainya Gs = 2,68 - 2,72
Nilai kasar tersebut diperoleh dari sampel antara lain
pasir, kerikil, lempung, lanau, dan sebagainya.
Nilai dari berat
jenis dihitung dengan menggunakan persamaan :
Dimana :
WS = Weight of soil ( berat asli tanah )
α =
Specific gravity water pada temperatur tertentu
W4 = Weight of bottle + water
GS =
Specific gravity
W3 = Weight of bottle + soil + water
Tabel 3.1. Nilai –
nilai khas berat jenis untuk mineral-mineral tanah
Mineral
|
Berat
Jenis
|
Bentonit
|
2,13 – 218
|
Gipsum
|
2,30
|
Gibsit
|
2,30 – 2,40
|
Montmorilonit
|
2,40
|
Feldspart Ortoklas
|
2,56
|
Ilit
|
2,00
|
Kwarsa
|
2,60
|
Kaolinit
|
2,60 – 2,63
|
Klorit
|
2,60 – 3,00
|
Feldspart
Plagioklas
|
2,62 – 2,76
|
Talcum
|
2,70 – 2,80
|
Kalsit
|
2,80 – 2,90
|
Muskovit
|
2,80 – 2,90
|
Dolomite
|
2,87
|
Argonit
|
2,92
|
Anhydrit
|
3,00
|
Biotit
|
3,00 – 3,10
|
Hornblende
|
3,00 – 3,47
|
Augit
|
3,20 – 3,40
|
Olivine
|
3,27 – 3,37
|
Limonit
|
3,8
|
Siderite
|
3,83 – 3,88
|
Hematite
|
4,90 – 5,30
|
Magnetit
|
5,17 – 5,18
|
Suatu petunjuk akan adanya kesalahan perhitungan dalam angka pori apabila nilai Gs = 2,65 digunakan apabila nilai sebenarnya
sebesar 2,60 akan didapatkan dari uji laboratorium yang dihitung sebagai
berikut :
Diberikan γd = 1,80 g/cm3 (dapat merupakan
wakil dari nilai sebenarnya walaupun masih memungkinkan kesalahan sampai ±
0,005 g/cm3). Dari defenisi berat jenis :
Ws
Gs
=
Vs x γw
Maka volume butir adalah :
Vs
= = 0,629 cm3 (benar)
Vs = = 0,679 cm3 (asumsi)
Volume rongga Vv untuk kedua kasus diatas adalah ;
Vv = 1
- 0,0692 =
0,308 e = = 0,445
Dan
Vv’ = 1
- 0,679 =
0,321 e’ = = 0,473
Persentase pertambahan angka pori akibat pemakaian nilai Gs yang salah
adalah :
Persen = x 100
= x 100
= 106
persen
Angka pori
6 persen lebih besar akibat pemakaian nilai 2,65 yang salah. Karena
penyelesaiannya juga tergantung pada d = 1,80 yang secara statistic benar, maka
terdapat kesalahan yang lebih kecil. Apabila perhitungan yang sama dilakukan
untuk d = 2,0 dan
1,5 g/cm3. Persentase pertambahannya menjadi masing-masing 8,2 dan
4,5 persen. Juga nilai yang “benar” sebesar 2,60 itu dapat dianggap benat hanya
apabila sejumlah kecil tanah (biasanya sekitar 150 g) yang digunakan untuk
menentukana Gs benar-benar mewakili massa tanah yang hendak diteliti.
Permukaan Specifik
Permukaan specific menghubungkan luas permukaan suatu
bahan dengan berat atau volume bahan tersebut, dimana volume biasanya lebih
banyak dipilih. Dengan menggunakan defenisi yang terakhir, permukaan specific
adalah :
Permukaan Specifik =
Secara fisik, kegunaan permukaan spesifik ini dapat
diperlihatkan dengan menggunakan kubus 1 x 1 x1 cm sebagai berikut :
Permukaan specific =
= = 6
Jumlah kubus =
2 x 2 x 2 x 2 = 8
Luas permukaan = (0,5)2 (6) (8) = 12
cm 2
Permukaan specific = = 12
Sekarang membagi sifat-sifat tersebut dengan 10 :
Jumlah kubus = 10 x 10 x 10
= 1000
Luas permukaan = (0,1)2 (6) (1000) = 60
cm2
Dan
Permukaan specific = = 60
Ini memperlihkan bahwa partikel – partikel yang besar,
apakah itu kubus atau partikel tanah, mempunyai luas permukaan persatuan volume
yang lebih kecil dan karena itu
mempunyai permukaan specific yang lebih kecil jika dibandingakan dengan
butiran-butiran tanah yang kecil.
Sekarang apabila terdapat air yang cukup untuk
melembabkan permukaan dalam conto diatas, maka diperlukan air 10 kali lebih
banyak untuk membasahi semua permukaan butiran apabila kubusnya berukuran 0,1 x
0,1 x 0,1 cm jika dibandingkan apabila volume yang sama itu menempati kubus
tuggal berukuran 1 cm3.
Hubungan Antar Fase
Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda.
Tanah yang benar benar kering terdiri dari dua fase, yang disebut partikel
padat dan udara mengisi pori (disebut udara pori). Tanah yang jenuh
sempurna (fully saturated) juga terdiri dari dua fase, yaitu partikel padat dan
air pori.
Sedangkan tanah yang jenuh sebagian terdiri dari tiga fase, yaitu partikel
padat dan air pori.
Komponen komponen tanah dapat
digambarkan dalam suatu diagram fase seperti berikut:
Gambar 3.1. Diagram fase pada tanah
3.3. Bahan
Dan Peralatan
3.3.1. Bahan Dan Fungsinya
Bahan – bahan yang digunakan selama
praktikum antara lain :
1.
Conto tanah hasil lolos ayakan
no. 40
2.
Air suling ( aquades )
berfungsi untuk melarutkan tanah di dalam botol yang akan diteliti.
3.3.2. Peralatan Dan
Fungsinya
Peralatan yang digunakan selama
praktikum antara lain :
1. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml
atau botol ukur dengan kapasitas minimum 50 ml.
2. Vakum test merupakan rangkaian alat
penguji specific gravity dilengkapi dengan pompa hampa udara.
3. Neraca dengan ketelitian 0,001 gram,
berfungsi sebagai penimbang berat sampel.
4.
Termometer ukuran 00
– 500 C dengan ketelitian pembacaan 10 C untuk mengkur
suhu selama praktikum.
5.
Saringan no.4 dengan penadahnya,
untuk menseragamkan ukuran soil pada sampel yang akan diuji.
6. Pompa hampa udara ( vacum pump )
Vacum Test
Neraca Listrik
Piknometer
Saringan No. 40
Gambar 3.2. Alat – alat dalam percobaan spesific
gravity
3.4. Prosedur Pengujian
Adapun proses pengujian yang dilakukan
untuk menetukan nilai SG adalah :
1. Menimbang berat piknometer atau botol yang
sudah diberikan kode dengan ketelitian 0,01 gr ( W1 ).
2. Memasukkan conto uji kedalam piknometer
atau botol kemudian menimbang beratnya.
3.
Menambahkan air suling sehingga
piknometer atau botol terisi dua pertiganya, untuk bahan yang mengandung
lempung dilakukan dengan cara mendiamkan conto uji terendam selama ± 24 jam.
4.
Meletakkan masing – masing
piknometer atau botol berisi conto dengan air pada alat yang dilengkapi dengan
pompa vakum kemudian menyalakan pompa vakum selama 30 menit.
5.
Mengisi piknometer atau botol
berisi conto dengan air suling seperlunya dan menimbang beratnya ( W3
)
6.
Membuang conto dari piknometer
sampai bersih dan mengisi kembali dengan air suling. Setelah kering kemudian
ditimbang beratnya ( W4 ) kemudian mengkur temperatur air.
3.5. Pembahasan
Dari hasil
percobaan dengan menggunakan vakum test, maka diperoleh nilai specific gravity of
soil ( GS ) dan average ;
Tabel 3.2 Tabel
Specific Gravity
Determination No
|
1
|
2
|
3
|
Bottle No
|
1
|
2
|
3
|
Weight of Bottle + water + soil +
(W3) gr
|
801,5
gr
|
806,2
gr
|
809,2
gr
|
Weight of Bottle + water (W4) gr
|
691,8
gr
|
688,7
gr
|
698,5
|
Weight of Bottle + Dry soil (W2) gr
|
401,8
gr
|
402,9
|
404,6
gr
|
Weight of Bottle (W1) gr
|
194,2
gr
|
190,7
gr
|
200,6
gr
|
Weight of soil (Ws)
|
207,6
gr
|
212,2
gr
|
204
gr
|
Temperature (T) 0C
|
290
|
290
|
290
|
Spesifik Gravity of Water at T (a)
|
0,9989
|
0,9989
|
0,9989
|
Spesifik Gravity of soil (Gs)
|
2,118
|
2,238
|
2,184
|
Average
|
2,18
|
Weight of soil (Ws)
(1) = Weight of Bottle + Dry
soil (W2) –
Weight of Bottle (W1)
= 401,8 gr – 194,2 gr
= 207,6 gr
Weight of soil (Ws) (2) = Weight of Bottle + Dry soil (W2) –
Weight of Bottle (W1)
= 402,9 gr – 190,7 gr
= 212,2 gr
Weight of soil (Ws) (3) = Weight of Bottle + Dry soil (W2) –
Weight of Bottle (W1)
= 404,6 gr– 204 gr
= 200,6 gr
Rumus yang digunakan untuk
menentukan GS adalah :
Perhitungan mendapatkan nilai GS adalah :
Piknometer I
Piknometer II
Piknometer III
3.6. Kesimpulan Dan Saran
3.6.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan praktikum, maka diperoleh data :
SG I = 2,1
gr
SG II =
2,23 gr
SG III =
2,17 gr
Maka
Average ( rata – rata ) yang diperoleh yaitu : 2,10 gr
Yang mana artinya adalah nilai
specific gravity sangat mempengaruhi keadaan tanah dalam pembangunan jalan
ataupun bangunan apabila nilai SG suatu tanah tinggi maka kwalitas tanah untuk
pembangunan akan semakin buruk.
3.6.2. Saran
Untuk kebaikan dan kelancaran praktikum, maka praktikan
menyarankan agar peralatan praktikum dapat dilengkapi sehingga memenuhi standar
perguruan tinggi agar para mahasiswa menjadi teliti. Praktikan juga mengharapkan agar antara teori dan
praktikum dapat sejalan sebagaimana mestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar